Bryson (2008: 23) mengemukakan bahwa perencanaan strategi adalah
sebagai upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang
membentuk dan mengarahkan
bagaimana suatu organisasi
atau entitas lainnya,
apa yang akan
dikerjakan organisasi atau
entitas lainnya dan mengapa organisasi (entitas lainnya)
mengerjakan seperti itu. Bryson (2008:55) membagi proses perencanaan strategik
menjadi sepuluh langkah, yang mengarah kepada tindakan, hasil, dan evaluasi
adalah:
1.
Memrakarsai
dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis. Tujuan langkah pertama
adalah menegosiasikan kesepakatan dengan orang-orang penting pembuat keputusan (decision
makers) atau pembentuk opini (opinion leaders) internal dan
eksternal tentang seluruh upaya perencanaan strategis dan langkah perencanaan
yang terpenting.
2.
Memperjelas
mandat organisasi. Mandat formal dan informal yuang ditempatkan pada organisasi
adalah keharusan yang dihadapi organisasi.
3.
Memperjelas
misi dan nilai-nilai organisasi. Misi organisasi yang berkaitan erat dangan
mandatnya, menyediakan raison de’etre-nya, pembenaran sosial bagi
keberadaannya, mengurangi konflik, dan merencanakan masa depan.
4.
Menilai
lingkungan eksternal. Tim perencanaan harus mengeksplorasi lingkungan di
lingkungan organisasi untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi
organisasi.
5.
Menilai
lingkungan internal. Untuk mengetahui kekuasaan dan kelemahan internal, organisasi
dapat memantau sumber daya (inputs), strategi sekarang (process),
dan kinerja (outputs).
6.
Mengidentifikasi
isu strategis yang dihadapi organisasi. Lima unsur pertama dari proses secara
bersamaan melahirkan unsur keenam, identifikasi isu strategis persoalan
kebijakan penting yang mempengaruhi mandat, misi, dan nilai-nilai dalam
organisasi.
7.
Merumuskan
strategi untuk mengelola isu-isu. strategi didefinisikan sebagai pola tujuan,
kebijakan, program, tindakan, keputusan, atau alokasi sumber daya yang
menegaskan bagaimana organisasi, apa yang dikerjakan organisasi, mengapa
organisasi harus mengerjakan hal itu. Strategi dapat berbeda karena tingkat,
fungsi, dan kerangka waktu.
8.
Menciptakan
visi organisasi yang efektif untuk masa depan. langkah terakhir dalam proses
perencanaan, organisasi mengembangkan deskripsi mengenai bagaimana seharusnya
organisasi itu sehingga berhasil mengimplementasikan strateginya dan mencapai
seluruh potensinya. Deskripsi tersebut merupakan visi keberhasilan.
9. Mengembangkan
proses implementasi. Proses implementasi adalah inti dari seluruh perencanaan
yang dibuat. Bagaimana strategi dijalankan sesuai dengan rencana untuk mencapai
tujuan organisasi.
10.
Menilai
kembali strategi dan proses perencanaan strategis. Setelah seluruh langkah
dijalankan, maka yang terakhir adalah menilai kembali strategi dan proses perencanaan
untuk perbaikan organisasi di masa mendatang.
A.
Misi
Misi merupakan sebuah guidelines
yang lebih pragmatis dan konkrit yang dapat dijadikan acuan pengembangan
strategi dan aktivitas dalam lembaga atau organisasi. Secara umum
misi menurut Sharplin (1985) adalah ‘alasan keberadaan’, misi sebagai deskripsi
tentang apa yang hendak dicapai dan untuk siapa. Sementara itu Pearce dan
Robinson (1988) menyebutkan bahwa misi organisasi disebutkan sebagai tujuan
fundamental dan unik yang menunjukkan perbedaan suatu organisasi dengan
organisasi lain yang sejenis dan mengidentifikasi cakupan (scope)
organisasinya. Bertitik tolak dari pandangan tersebut misi adalah alasan bagi
keberadaan sebuah organisasi, dalam hal ini yaitu alasan keberadaan sekolah,
karena itu sekolah sebagai organisasi memiliki kebutuhan khusus untuk
mengkomunikasikan misi dan mengartikulasikan tujuan, target dan ukuran yang menjadi dasar penilaian kinerjanya.[1][1]
Misi sekolah adalah aspirasi kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan masyarakat sekolah lainnya
yang akan dijadikan elemen fundamental penyelenggaraan program sekolah dalam
pandangan sekolah dengan alasan yang jelas dan konsisten dengan nilai-nilai
sekolah.
Kotler (1987) mengatakan bahwa misi adalah
pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan
pelayanan yang dapat ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok
masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang dapat diperoleh, serta aspirasi dan
cita-cita di masa depan.
Dari pengertian tersebut, tampaknya ada lima
unsur penting yang tidak dapat dilupakan dalam merumuskan misi suatu
organisasi, yaitu:[2][2]
1.
Produk
apa atau pelayanan apa yang akan ditawarkan. Apakah itu pendidikan anak-anak,
pendidikan tinggi, dan lain-lain.
2.
Apakah
produk atau pelayanan yang ditawarkan itu dapat memenuhi kebutuhan tertentu
yang memang diperlukan dan bahkan dicari karena belum tersedia selama ini.
3. Misi harus
secara tegas menyatakan publik mana yang akan dilayani.
4. Bagaimana
kualitas barang atau pelayanan yang hendak ditawarkan.
5. Aspirasi apa
yang diinginkan di masa yang akan datang.
Unsur-unsur
misi tersebut selayaknya dinyatakan sebagai keyakinan untuk sungguh-sungguh
dilaksanakan oleh organisasi, tidak hanya sebagai semboyan tanpa makna. Oleh
karena banyak hal yang perlu diketahui oleh masyarakat yang dilayani, rumusan
misi tidak dapat terdiri dari satu kalimat atau pernyataan singkat saja.
Misi merupakan
“alat yang tak ternilai” untuk mengarahkan perumusan strategi dan pelaksanaan
strategi. Ia merupakan fondasi yang konstan dalam pengambilan keputusan
strategik. Ia bahkan adalah common thread yang menyatakan seluruh
aktivitas organisasi (Wheelen dan Hunger, 1990).
Misi disebut raison
d’etre-nya organisasi, yaitu yang merupakan alasan kehadirannya, pembenaran
tentang eksistensinya (Higgins, 1995). Misi sebenarnya menjelaskan hal-hal yang
sangat fundamental, merupakan falsafah dasar dari organisasi, sebagai pendorong
lahirnya inspirasi-inspirasi yang penuh motivasi. Misi juga penting karena
suatu perumusan tujuan dan sasaran yang realistik hanya mungkin dilakukan
jikalau terlebih dahulu misi organisasi sudah diidentifikasi.
Merumuskan misi
organisasi terkadang dianggap mudah, tetapi kesulitannya lebih banyak ketimbang
gampangnya. para pengambil keputusan strategik sering mampu merumuskan misi itu
dengan baik, tetapi segera timbul kesulitan dalam mengkoordinasikan
tindakan-tindakan manajerial. Inilah peranan kritis dari berbagai organisasi
karena banyak organisasi yang gagal merealisasikan misinya. Misi, karenanya
harus mendarat lebih dahulu dalam hati semua orang yang bekerja dalam
organisasi itu. Jadi apabila dikatakan bahwa salah satu misi dalam lembaga
pendidikan adalah meningkatkan kualitas, maka seharusnya semua orang yang
terlibat dalam proses itu memahami sungguh-sungguh apa yang dimaksud dengan
meningkatkan kualitas itu dan senantiasa berusaha menuju ke sana, sementara
manajemen puncak harus pula komit untuk mempertahankan tekad itu.
Terkait dengan
hal tersebut, pada dasarnya misi dibuat untuk jangka waktu tiga sampai lima
tahun dan dapat berubah. perubahan itu bisa dilakukan jikalau terjadi perubahan
penting dalam lingkungan, misalnya ada peluang yang harus dikejar, ada ancaman,
atau tantangan yang sangat berarti. Bisa juga terjadi perubahan apabila
manajemen baru menghendakinya. Misi juga dapat bertahan bertahun-tahun tanpa
ada perubahan, yaitu jika kondisi lingkungan dan pihak-pihak terkait masih
menghendaki demikian. Jadi misi bukanlah dogma yang tidak bisa berubah.
B.
Strategi
1. Definisi Strategi
Manusia khususnya, mampu berkompetisi lebih cepat penuh
dengan variasi dibanding dengan makhluk lainnya, karena manusia pada dasarnya
mempu mengkombinasikan berbagai elemen kehidupan seperti intelegensia,
imajinasi, kemampuan mengakumulasi sumber daya, serta mengkoordinasikan
perilaku untuk dapat melaksanakan peperangan (Henderson:1991). Dengan demikian
manusia dapat mempertahankan kelanjutan hidupnya dri generasi ke generasi dan
bahkan dapat mengendalikan makhluk lainnya. naluri kompetitif dari manusia
akhirnya dibawa masuk ke dalam organisasi tempat mereka berada. di sinilah akar
dari strategi mulai kelihatan.
Istilah strategy berasl dari kata Yunani stretegos,
atau strategus dengan kata jamak strategi. strategos berart jendral
tetpi dalam Yunani Kuno sering berarti perwira negara (state officer)
dengan fungsinya yang luas. Dalam artian yang sempit, menurut Matloff (1967),
strategy berarti the art of the general (seni jendral). memang, dalam
zaman Yunani Kuno jenderal dianggap bertanggung jawab dalam suatu peperangan,
kalah atau menang.
Seiring berjalannya waktu, strategi didefinisikan dengan
berbagai arti, menurut James Brian Quin stretegi adalah: The pattern or plan that
integrates an organization’s major goals, policies, and action squences into a
cohesive whole. McNichols mendefinisikan
strategi adalah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu
organisasi untuk mencapai sasarannya melaui hubungannya yang efektif dengan
lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.
Sedangkan dalam bidang manajemen, definisi
mengenai strategi cukup beragam dan bervariasi dari beberapa ahli. Gerry Johnson dan Kevan Scholes (dalam buku “Exploring
Corporate Strategy”) misalnya mendefinisikan strategi sebagai arah dan
cakupan jangka panjang organisasi untuk mendapatkan keunggulan melalui
konfigurasi sumber daya alam dan lingkungan yang berubah untuk mencapai
kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan (stakeholder).
Terkait dengan
strategi, dalam manajemen strategis terdapat tiga tahap yang signifikan dalam upaya
mencapai tujuan, yaitu:[3][3]
1) Formulasi
strategi, termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan
ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal,
menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi dan memilih
strategi tertentu yang akan dilaksanakan.
2) Implementasi
strategi, mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat
kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga
strategi yang telah doformulasikan dapat dijalankan. Melaksanakan strategi
berarti memobilisasi karyawan.
3) Evaluasi strategi, adalah tahap final dalam
manajemen strategis.Tiga aktivitas dasar evaluasi adalah: meninjau ulang
factor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini, mengukur
kinerja, dan mengambil tinadakan korektif.
Ketiga aktivitas ini terjadi di 3 hierarki
dalam perusahaan besar: korporat, divisional, atau unit bisnis strategis dan
fungsional.
2. Tingkat-Tingkat Strategi[4][4]
Dengan merujuk pada pandangan Dan Schendel dan Charles
Hofer, Higgins (1985)
menjelaskan adanya empat tingkatan strategi, yaitu:
1)
Enterprise Strategy
Strategi ini berkaitan dengan respon
masyarakat. Setiap organisasi mempunyai hubungan dengan masyarakat. Masyarakat
adalah kelompok yang berada di luar organisasi yang tidak dapat dikontrol. Jadi
dalam strategi enterprise terlihat relasi antara organisasi dan masyarakat
luar, sejauh interaksi itu akan dilakukan sehingga dapat menguntungkan
organisasi. Strategi itu juga menampakkan bahwa organisasi sungguh-sungguh
bekerja dan berusaha untuk memberi pelayanan yang baik terhadap tuntutan dan
kebutuhan masyarakat.
2)
Corporate Strategy
Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi,
sehingga sering disebut Grand Strategy yang meliputi bidang yang
digeluti oleh suatu organisasi.
3)
Business Strategy
Strategi pada
tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran di tengah masyarakat.
Bagaimana menempatkan organisasi di hati para penguasa, para pengusaha dan
sebagainya. Semua itu dimaksudkan untuk dapat memperoleh keuntungan-keuntungan
stratejik yang sekaligus mampu menunjang berkembangnya organisasi ke tingkat
yang lebih baik.
4)
Functional Strategy
Strategi ini merupakan strategi pendukung dan
untuk menunjang suksesnya strategi lain. Ada tiga jenis strategi functional
yaitu:
Ø Strategi
functional ekonomi yaitu mencakup fungsi-fungsi yang memungkinkan organisasi
hidup sebagai satu kesatuan ekonomi yang sehat, antara lain yang berkaitan
dengan keuangan, pemasaran, sumber daya, penelitian dan pengembangan.
Ø Strategi
functional manajemen, mencakup
fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, implementating,
controlling, staffing, leading, motivating, communicating, decision
making, representing, dan integrating.
Ø Strategi isu
stratejik, fungsi utamanya ialah mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan
yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui atau yang selalu
berubah.
Tingkat-tingkat strategi itu merupakan kesatuan
yang bulat dan menjadi isyarat bagi setiap pengambil keputusan tertinggi bahwa
mengelola organisasi tidak boleh dilihat dari sudut kerapian administratif
semata, tetapi juga hendaknya memperhitungkan soal “kesehatan” organisasi dari
sudut ekonomi.
Tipe-tipe
strategi pada dasarnya sama dengan tingkat-tingkat strategi, hanya perbedaan
istilah penggunaannya saja. Menurut Koteen (1991), terdapat tipe-tipe strategi,
yaitu:
a.
Corporate
strategy (strategi organisasi)
strategi ini berkaitan dengan perumusan misi,
tujuan, nilai-nilai, dan inisiatif-inisiatif strategik yang baru. pembatasan-pembatasan dilakukan,
yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.
b.
Program
strategy (strategi program)
strategi ini lebih memberi perhatian pada
implikasi-implikasi strategik dari suatu program tertentu.
c.
Resource
support strategy (strategi pendukung sumber daya)
Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian
pada memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna
meningkatkan kualitas kinerja organisasi.
d.
Institusioanal
strategy (strategi kelembagaan)
Fokus dari strategi institusonal ialah mengembangkan kemampuan organisasi untuk
melaksanakan inisiatif-inisiatif strategik.
Strategi adalah
sebuah rencana yang komprehensif mengintegrasikan segala resources dan capabilities
yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi. implementasi
stargtegi dalam manajeman sekolah melibatkan upaya besar yang bertujuan
mentransformasi tujuan strategik ke dalam aksi yaitu penyelengggaraan program
sekolah. betapa pun hebatnya suatu strategi bila tidak diimplementasikan tentu
saja strategi itu tidak akan bermakna bagi pengembangan sekolah.
Setiap lembaga
pendidikan (dalam hal ini sekolah) memiliki rencana strategis yang
menghubungkan antara situasi sekolah tahun ini dengan situasi sekolah lima
tahun ke depan dengan memperhatikan aspek-aspek pemerataan mutu, efisiensi,
relevansi, dan tata kelola. dengan demikian seluruh tindakan atau program yang
direncanakan dapat terstruktur dan terevaluasi dengan baik.
C.
Visi
Langkah penting dalam proses perencanaan
strategis adalah mengembangkan deskripsi yang jelas dan ringkas tentang
organisasi atau komunitas harus seperti apa ketika berhasil mengimplementasikan
strateginya dan mencapai seluruh potensinya. Deskripsi ini harus menjadi visi
keberhasilan organisasi. biasanya, visi keberhasilan ini lebih penting sebagai
panduan untuk mengimplementasikan strategi dan bukan memformulasikannya.
Sementara sedikit sekali organisasi publik dan
nirlaba yang mempunyai pernyataan misi yang jelas dan berguna. sebagian
alasannya adalah bahwa visi itu mencakup misi. Misi menguraikan tujuan
organisasi, sedangkan visi dapat dipakai untuk menggambarkan bagaimana
organisasi harus terlihat ketika organisasi bekerja baik (Lonnie, Helgeson,
komunikasi Pribadi, 1986).
Visi adalah kondisi masa depan yang
masih abstrak, tetapi merupakan konsepsi yang dapat dibaca oleh setiap orang
(Salusu, 1996:130). Ini berarti visi merupakan suatu pikiran yang melampaui
realitas sekarang, sesuatu atau keadaan yang diciptakan yang belum ada
sebelumnya dan akan diwujudkan oleh seluruh anggota organisasi. Visi memberikan
gambaran kondisi yang akan dicapai oleh organisasi di masa yang akan datang,
selanjutnya Bryson (1995:65) mengemukakan bahwa sesungguhnya visi memberikan
kerangka dasar tentang gambaran organisasi di masa mendatang.
Visi menggambarkan akan menjadi apa suatu organisasi di masa depan. Penetapan visi
harus melihat kemampuan dan keadaan internal organisasi. Semua organisasi,
termasuk organisasi sekolah mempunyai visi. Visi adalah agenda tujuan sebagai
prestasi yang harus dicapai dalam aktivitas sekolah. Sejalan dengan ituBeach
(19930 mengemukakan proses merumuskan visi dimulai dengan ide-ide kreatif atau
dengan menciptakan ide-ide baru dengan menggali tuntutan lingkungannya. Apabila
visi telah dirumuskan dengan baik dan sempurna, selanjutnya dirumuskan statemen
misi dan statemen misi dijadikan acuan menyusun rencana dan program sekolah.
Qigley (1993:26) mengemukakan visi adalah aspirasi yang akan dijadikan elemen
fundamental dalam pandangan organisasi dengan alasan yang jelas dan konsisten
dengan nilai-nilai sekolah. Visi terbentuk dengan kecerdasan penghayatan
nilai-nilai, pengetahuan dan pengalaman, kemampuan khusus yang konseptual,
pemecahan maslah serta daya-daya perilaku lain yang dijadikan unggulan.
Bertitik tolak pada pandangan tersebut, visi
sekolah haruslah konsisten dengan nilai dan daya-daya perilaku sekolah yang
menjadi ciri khas sekolah, stabil, berubah ke arah yang lebih baik, dan selalu
menjadi subjek evaluasi atas dasar kecerdasan penghayatan nilai-nilai moral,
akademis, ilmiah, dan sistematis dalam memecahkan berbagai problematika
sekolah. Dengan kata lain visi merupakan endapan dari suatu sistem nilai dan
kaidah yang diberlakukan.[6][6]
Dalam sebuah lembaga organisasi, visi merupakan sarana untuk :
a) Mengkomunikasikan alasan keberadaan organisasi
dalam arti
tujuan dan tugas pokok
b) Memperhatikan frame work hubungan antara organisasi dengan stekholders (Sumber daya manusia, konsumen, dan pihak lain yang
terkait)
c) Menyatakan sasaran utama kinerja organisasi
dalam arti
pertumbuhan dan perkembangan
Untuk mampu menjadi gambaran yang ingin diwujudkan suatu
organisasi,
pernyataan visi
perlu diekspresikan dengan baik agar mampu menjadi tema yang mempersatukan
semua unit dan organisasi, menjadi media komunikasi dan motivasi semua pihak,
serta sebagai sumber kreativitas dan inovasi organisasi. Oleh sebab itu, dalam perumusan dasar-dasar visi keberhasilan
sebaiknya:
1. Mengingat bahwa dalam banyak kasus, visi
keberhasilan tidak diperlukan untuk memperbaiki keefektifan organisasi. Akan
tetapi mengembangkan dan mengimplementasikan strategi untuk menghadapi isu
strategis dapat merupakan hal yang dapat menghasilkan perbaikan kinerja
sebagian besar organisasi.
2. Sebelum visi keberhasilan muncul, organisasi
perlu merumuskan beberapa lingkaran atau langkah-langkah perencanaan strategis
sebelumnya.
3. Visi keberhasilan harus meliputi item-item
hasil yang diinginkan. Organisasi harus berpikir mengenai versi dari
visi sukses yang dipublikasikan dalam rencana strategis menjadi suatu hal yang
nyata.
4. Visi keberhasilan harus sebanyak mungkin
timbul dari keputusan dan tindakan yang lalu. keputusan dan tindakan masa
lampau seringkali menjadi catatan konsensus tentang bagaimana organisasi itu
dan harus mengerjakan apa. mendasarkan suatu visi pada konsensus yang telah ada
sebelumnya menghindarkan konflik yang tidak perlu. realisasi masa depan baru
akan lebih mudah jika masa depan itu adalah kelanjutan dari masa lampau dan
masa sekarang (Weick, 1979).
5. Suatu visi
keberhasilan harus menjadi sesuatu yang inspirasional. Apa yang mengilhami
orang adalah deskripsi yang jelas mengenai masa depan yang diinginkan dengan
didukung oleh keyakinan yang nyata. Visi yang inspirasional memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. memfokuskan
kepada masa depan yang lebih baik
b. mendorong
harapan dan impian
c. dibangun
berdasarkan penafsiran kembali sejarah dan budaya untuk menarik cita-cita dan
nilai-nilai umum dari organisasi
d. menjelaskan
arah dan tujuan organisasi
e. menyatakan
hasil-hasil yang positif
f.
menekankan keunikan dan kekhasan kompetensi organisasi
g.
menekankan
kekuatan kelompok yang bersatu
h.
menggunakan gambar, imaji, dan metafora kata
i.
mengkomunikasikan antusiasme dan kegembiraan yang
menyala-nyala serta memupuk komitmen dan dedikasi.
6. Visi
keberhasilan yang efektif adalah yang mewujudkan tingkat ketegangan yang tepat
untuk mendorong perubahan organisasi yang efektif.
7. Satu cara yang
berguna untuk mulai mengkonstruksikan visi keberhasilan adalah mempunyai anggota
tim perencanaan strategis sebagai individu yang mempersiapkan rancangan visi,
kemudian saling mengungkapkan dan mendiskusikan respon mereka.
8. Suatu proses
normatif harus digunakan untuk mengulas visi keberhasilan. biasanya rancangan
diulas oleh anggota tim perencanaan, para pembuat keputusan lainnya, anggota
dewan yang berkuasa, dan para stekeholder luar yang terpilih.
9. Konsensus atau
pernyataan visi di kalangan para pembuat keputusan kunci sangat diperlukan,
tetapi tidak diperlukan secara mutlak.
10. Karena visi keberhasilan membantu memandu
keputusan dan tindakan organisasi, maka visi keberhasilan harus disebarkan dan
dibahas secara luas.
D.
Implementasi Formulasi Visi, Misi, dan Strategi
Dalam Perencanaan Strategik Bidang Pendidikan
Visi merupakan
suatu proses yang menggambarkan serangkaian kegiatan perencanaan dan penetapan
sasaran sekolah secara formal. Dan misi adalah alasan keberadaan suatu lembaga.
Untuk mewujudkan visi, maka dibutuhkan misi. Strategi adalah sebuah rencana
yang komprehensif mengintegrasikan segala resources dan capabilities
yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi. Implementasi
startegi dalam manajeman sekolah melibatkan upaya besar yang bertujuan
mentransformasi tujuan strategik ke dalam aksi yaitu penyelengggaraan program
sekolah. Betapa pun hebatnya suatu visi, misi, dan strategi bila tidak
diimplementasikan tentu saja strategi itu tidak akan bermakna bagi pengembangan
sekolah.
Karena itu,
kemampuan kepala sekolah dan personel sekolah lainnya mengimplementasikan suatu
strategi dalam manajemen sekolah merupakan hal
yang sangat penting dalam kaitannya dengan skill kepala sekolah sebagai
seorang pemimpin dan guru sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab
terhadap kemempuan belajar peserta didik. Kenyataannya implementasi strategi
khususnya di sekolah tidak mudah dilakukan. umumnya sekolah terjebak pada
kegiatan yang bersifat rutin yaitu guru masuk kelas memberikan pelajaran
pendekatannya sama seperti sebelumnya, melaksanakan ujian, memberikan nilai dan
hasil ujian dan akhirnya peserta didik lulus dengan kualitas seadanya.
Tiga elemen
manajemen strategik, yaitu analisis strategi, formulasi strategi, dan
implementasi strategi, yang paling sulit untuk dilakukan adalah implementasi
strategi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Miller (1996:329) “it has been
rather easy for us ti decide where we wanted to go. The hard part is to get the
organization to act on the new priorities.” Strategi akan cukup mudah bagi
kita untuk menentukan kemana kita mencari bagian tersulit mendapatkan
organisasi pada tindakan prioritas yang baru. Proses implementasi strategi
manajemen sekolah meliputi keseluruhan kegiatan manajerial yang mencakup
keadaan seperti motivasi, kompensasi, penghargaan manajemen, dan proses
pengawasan.[7][7]